Bangunan bangunan yang berada di kawasan Jogjakarta yang di akui oleh arsitek dunia bukan hanya canggi ataupun keraton, melainkan juga rumah rumah yang berada di kawasan Kampung Code, tepat di sebelah timur Bantaran kali Code yang membelah kota Jogjakarta ini. Sungai ini berhulu di Gunung Merapi.
Berbeda dengan persepsi masyarakat pada umumnya mengenai bangunan di Bantaran sungai, kampung Code ini menjadi salah satu kampung yang jauh dari kesan kumuh, kotor, tidak sehat, dan berbagai pandangan negatif lainnya. Kawasan ini telah menjadi kawasan Hunian warga sejak jaman dulu. Pada bagian atas, dimanfaatkan oleh warga untuk usaha ataupun jual beli Ban dan berbagai usaha lainnya. Sementara di bagian bawahnya merupakan tempat pemukiman warga
Di awal tahun 1980 an, wilayah kali Code merupakan pemukiman yang tidak tertata dan juga kumuh. Bangunan sebagian besar hanyalah rumah rumah yang seadanya dan terbuat dari kertas kardus serta bambu. Saat ini, rumah rumah tersebut masih dipertahankan layaknya bangunan asli yaitu menggunakan kayu dan juga bambu, namun yang diubah hanyalah cat dan juga genteng atau atap dari bangunan tersebut.
Karena kondisi yang tidak tertata, almarhum Romo Mangun Wijaya dengan bantuan para mahasiswa dan relawan menata kembali kawasan pemukiman. Penataan tersebut dilakukan tanpa merelokasi warga, warga tetap dapat menempati tempat tinggalnya karena rumah rumah tersebut ditata dengan baik sesuai kontur alam di wilayah tersebut.
Romo Mangun juga mendirikan sarana untuk kepentingan bersama seperti tempat MCK, tempat pertemuan warga, serta sumur. Tempat pertemuan yang dibangun hingga kini masih sama seperti aslinya dan terletak di tengah tengah pemukiman. Konstruksi rumah pun tidak mengalami perubahan, hanya dicat ulang di bagian tiang dan juga dinding disekeliling nya.

Untuk menuju ke rumah warga, jalan setapak mengikuti alur dan juga kontur sehingga jalanan tersebut berkelok-kelok dan juga berundak – undak. Sedangkan di bagian pinggir kali sudah dibangun Tanggul di kanan dan kirinya. Pinggir Tanggul ini berfungsi untuk jalan Setapak yang memanjang ke Selatan. Di pinggir jalan tersebut juga di tanami berbagai pohon perindang serta penerangan lampu sepanjang sungai.
Sekitar tahun 2015, rumah rumah yang ada di kampung ini dicat dengan berbagai warna sehingga menyerupai Perkampungan yang ada di kawasan Rio de Janeiro Brazil. Jika Anda melihat dari atas jembatan Gondolayu ke bagian timur, Anda akan melihat satu warna-warni yang meriah di atap dan dinding rumah.
Kampung ini kini telah dikenali dunia. Banyak wisatawan yang datang untuk berjalan jalan di sepanjang pinggir sungai atau juga banyak wisatawan yang melihat Perkampungan dari atas jembatan Gondolayu. Hingga saat ini, masih banyak mahasiswa arsitektur baik dari dalam kota Jogjakarta ataupun luar kota yang mempelajari bangunan rumah yang dibuat oleh Romo Mangun.
Struktur tilang yang unik dengan bentuk kurva di setiap rumah di kampung ini dan juga Gotongroyong dari warga sekitar untuk menyelesaikan proyek pembangunan pemukiman, membuat para arsitek kagum. Kampung ini adalah perwujudan nyata dari bentuk Gotongroyong yang menjadi budaya di masyarakat Jogjakarta.